Jarang bahkan langka, lebih tepatnya lagi kayaknya nggak ada anak seangkatan saya terutama di lingkungan sewaktu saya menempuh kuliah ataupun memasuki dunia kerja yang rutin mengunjungi pasar tradisional untuk maksud berbelanja harian seperti makanan loh, bukan buat dagang apalagi bantu-bantuin bersihin lapak orang. Jadi seratus persen saya tau keadaan dan situasi dunia per-pasaran tradisonal di Jakarta.
Yup, hingga hari ini saya masih sering membantu ibu berbelanja ke pasar tradisional yang menurut saya nggak banget tapi karena harganya murah yo wiz toh mari lanjutkeun saja perjuangan mencari sayur dan lauk murahnya. Oh ya, saya sudah terbiasa berbelanja sendiri semenjak saya masih SMA, tepatnya dulu sering bolak balik ke pasar tradisional di daerah Kebon Baru , Tebet. Dengan segala macam bau dan aroma "parfum" ikan dan seribu rupa bau aroma lainnya, akhirnya saya terbiasa bahkan aneh dengan teman-teman saya yang gak kuat, pingsan ataupun jijik kalau disuruh ke pasar tradisional. Yah, maklumlah, sekere-kerenya mereka masih lebih kere saya. Hahaha.
Dari rutinitas ini pula saya mendapat jiwa "irit" dan sering berhitung karena terbawa oleh suasana kental pasar tradisional yang penuh dengan berbagai orang dengan jiwa tawar menawarnya bahkan banyak pula yang sampai "gontok-gontokan". Awalnya ngeri juga melihat ibu atau nenek saya menawar barang segitu rendahnya tapi lama-lama kok saya jadi mirip mereka.
Dan sebagai seorang langganan pasar tradisional saya sedih karena tiba-tiba ada pembangunan dari PD Pasar Jaya yang cenderung membuat harga di pasar tersebut semakin melambung dan meminjam dari istilah modern retail, tampilan visualnya gak banget, tidak mencerminkan fitrah pasar tradisional. Bahkan cenderung lebih ke pasar modern dengan tujuan untuk membuat gedung saja, gak berpikir ke arah memperbaiki pasar tradisional itu sendiri. Misalkan, pengunjung pasar tradisonal itu adalah kaum ibu atau manula yang ribet kalau naik tangga, eh malah pembangunan gedung pasarnya jadi kayak berlantai-lantai gitu. Kedua, biasanya pasar tradisonal itu kekuatannya adalah dari segi harga, eh gara-gara gedong baru yang bertingkat-tingkat ala kantor itu jadi mahal deh ongkos sewanya, eh akhirnya berpengaruh ke harga barang jualnya jadi kian mahal deh. Plis deh ....Dan yang paling mengerikan adalah lorong tempat jualan ikan yang berlantai keramik licin dan basah membuat banyak pengunjung sering terpeleset. Wew, bayangkan berapa banyak dosa ditanggung pembuat gedong itu.
Saran saya, kalau mau memperbaiki pasar tradisional sih gampang-gampang aja. Bikin lahan ala lapangan, dibangun sanitasi yang bagus, dan atap yang sangat tinggi untuk sirkulasi yang baik. tanpa adanya tembok-tembok ataupun tangga-tangga yang mengganggu. Dibikin simpel aja. Karena kebanyakan pedagang itu berpikiran simpel dan praktis, gak seperti birokrat yang cenderung repot plus ribet.
Soalnya saya sendiri gak begitu suka dengan orang yang berpikir ribet padahal yang dihadepin gampang, sok sibuk padahal gak sibuk-sibuk amat, sombong padahal apaan yang mau disombongin, stress padahal masalahnya sepele. Lebih sering ngurus hal sepele, padahal yang besar gak dikerjakan. Mengeluh, padahal keadaannya baik-baik saja. Orang-orang kayak ginilah yang harus ditendang dari dunia dan jangan dibiarkan terus bertingkah karena cepat atau lambat dia akan merusak perdamaian dan membuat orang jadi gak waras.
Cheers
ciao
Yup, hingga hari ini saya masih sering membantu ibu berbelanja ke pasar tradisional yang menurut saya nggak banget tapi karena harganya murah yo wiz toh mari lanjutkeun saja perjuangan mencari sayur dan lauk murahnya. Oh ya, saya sudah terbiasa berbelanja sendiri semenjak saya masih SMA, tepatnya dulu sering bolak balik ke pasar tradisional di daerah Kebon Baru , Tebet. Dengan segala macam bau dan aroma "parfum" ikan dan seribu rupa bau aroma lainnya, akhirnya saya terbiasa bahkan aneh dengan teman-teman saya yang gak kuat, pingsan ataupun jijik kalau disuruh ke pasar tradisional. Yah, maklumlah, sekere-kerenya mereka masih lebih kere saya. Hahaha.
Dari rutinitas ini pula saya mendapat jiwa "irit" dan sering berhitung karena terbawa oleh suasana kental pasar tradisional yang penuh dengan berbagai orang dengan jiwa tawar menawarnya bahkan banyak pula yang sampai "gontok-gontokan". Awalnya ngeri juga melihat ibu atau nenek saya menawar barang segitu rendahnya tapi lama-lama kok saya jadi mirip mereka.
Dan sebagai seorang langganan pasar tradisional saya sedih karena tiba-tiba ada pembangunan dari PD Pasar Jaya yang cenderung membuat harga di pasar tersebut semakin melambung dan meminjam dari istilah modern retail, tampilan visualnya gak banget, tidak mencerminkan fitrah pasar tradisional. Bahkan cenderung lebih ke pasar modern dengan tujuan untuk membuat gedung saja, gak berpikir ke arah memperbaiki pasar tradisional itu sendiri. Misalkan, pengunjung pasar tradisonal itu adalah kaum ibu atau manula yang ribet kalau naik tangga, eh malah pembangunan gedung pasarnya jadi kayak berlantai-lantai gitu. Kedua, biasanya pasar tradisonal itu kekuatannya adalah dari segi harga, eh gara-gara gedong baru yang bertingkat-tingkat ala kantor itu jadi mahal deh ongkos sewanya, eh akhirnya berpengaruh ke harga barang jualnya jadi kian mahal deh. Plis deh ....Dan yang paling mengerikan adalah lorong tempat jualan ikan yang berlantai keramik licin dan basah membuat banyak pengunjung sering terpeleset. Wew, bayangkan berapa banyak dosa ditanggung pembuat gedong itu.
Saran saya, kalau mau memperbaiki pasar tradisional sih gampang-gampang aja. Bikin lahan ala lapangan, dibangun sanitasi yang bagus, dan atap yang sangat tinggi untuk sirkulasi yang baik. tanpa adanya tembok-tembok ataupun tangga-tangga yang mengganggu. Dibikin simpel aja. Karena kebanyakan pedagang itu berpikiran simpel dan praktis, gak seperti birokrat yang cenderung repot plus ribet.
Soalnya saya sendiri gak begitu suka dengan orang yang berpikir ribet padahal yang dihadepin gampang, sok sibuk padahal gak sibuk-sibuk amat, sombong padahal apaan yang mau disombongin, stress padahal masalahnya sepele. Lebih sering ngurus hal sepele, padahal yang besar gak dikerjakan. Mengeluh, padahal keadaannya baik-baik saja. Orang-orang kayak ginilah yang harus ditendang dari dunia dan jangan dibiarkan terus bertingkah karena cepat atau lambat dia akan merusak perdamaian dan membuat orang jadi gak waras.
Cheers
ciao
Tidak ada komentar:
Posting Komentar