Namun akhirnya muncul majalah story yang membidik segmen remaja. Meskipun segmennya remaja, tapi tetap saja saya penasaran dengan isinya. Apakah cerita-cerita yang dimuat banyak? Lalu bagaimana dengan kualitasnya.
Terus terang saya baru membeli majalah ini mulai dari edisi 16 yaitu sama waktunya dengan ketika saya mereview majalah ini. Lalu saya membuka cerpen pertama, senyum puas muncul di wajah saya. Begitu pula dengan cerpen-cerpen selanjutnya.
Namun, saya mengernyit dahi ketika melihat beberapa novel bertemakan cinta remaja. Rasanya seperti deja vu cerpen-cerpen yang dibuat oleh teman-teman SMP saya. Memang dari segi penulisan oke, tapi temanya agak pasaran dan lama.
Di luar itu semua saya mengapresiasi Mbak Reni Erina dkk dalam perjuangan untuk menyebarluaskan minat membaca dan menulis. Saya sebagai orang yang juga berminat dalam hal yang dikampanyekan itu salut karena tak dipungkiri hantaman dari berbagai majalah fashion ataupun non fiksi telah menggempur, bahkan berkuasa di jagat raya ini. Dan akhirnya majalah inilah yang membuat saya merogoh kocek lebih dalam karena selain majalah ini, saya rutin membeli majalah non fiksi lainnya seperti citacinta, kartika dan koran kompas. Ya, sementara anak-anak seumur saya sibuk berlangganan blackberry dan lain-lain. Duit saya habis untuk membeli benda-benda macam ini. Hihi...
Dan saya sadar betul majalah itu adalah majalah remaja, tapi tak ada salahnya memilih tema unik yang bagus dibanding cerita-cerita yang agak-agak sinetron. Maaf yah, saya pun belum mampu menulis dengan cukup baik apalagi baik sekali.
Bravo!!!
setau gw aneka yess dari dulu sama aja...salah kali....?
BalasHapus