Jumat, 24 April 2020

Mencoba tol Jakarta -Semarang

Seperti yang diceritakan pada post blog membuat pasport bayi, tepat bgt sebelum korona membuat heboh dan takut penduduk +62, kami memutuskan untuk jalan-jalan di dalam negeri meskipun persiapan kami untuk pergi ke Singapura telah rampung. Dan sialnya kami jalan-jalan dengan hati yang ga tenang karena perlahan dengan pasti di semua channel news selalu mengabarkan situasi tiap kota Indonesia yang tengah dilanda korona.

Kami jalan tepat di pukul 08.00 dari Depok dan sampai di Semarang ketika ba'da Ashar. Kebetulan kami menyewa rumah via airbnb karena bingung mau inap di hotel yang mana. Selama perjalanan, kami singgah di sate maranggi purwakarta karena...laper. 

Di dalam mobil tentunya ada si dedek Nursha yang merupakan pemegang saham terbesar eh salah, maksudnya pembawa barang terbanyak. Maklum lah toddler. Ada susu,ada biskuit, ada pampers dll. Tentunya ini juga ujung-ujungnya demi ketenangan batin warga dan keluarga juga. Karena kalau misal si toddler minta sesuatu semacam susu dan kita ga siap, waduh nangisnya bisa bikin kita nge-fly juga. Nge-fly di telinga kamsudnya.

Aseli dah, mungkin karena saya bukan perantauan atau jarang kemana-mana nun jauh via darat ya. Jadi rasanya ga betah dan males banget. Dulu saya pernah naik pesawat maupun kereta via Gambir-Semarang dan menurut opini saya itu the best lah. Mungkin juga karena mobil lebih sempit dibanding kereta atau saya terlalu berdebar- debar ketika melewati tol. Kenapa? Karena ketika mendekati Brebes atau Pemalang, ada tulisan "JANGAN KECELAKAAN DISINI, RUMAH SAKIT JAUH".   Langsung ada yang copot deh saat itu juga. Apa yang copot? Nyali saya.

Mobil kami melaju kencang di atas tol jalan layang  Cikampek yang baru dibuka. Alhamdulilah jalanan tolnya udah ga lompat lompat lagi kayak awal dibuka. Jangan tanya kenapa karena saya ga ngerti juga. Pokoknya udah lebih halus jalanannya. Bukannya halus total yak. Cuman lebih ngga lompat-lompat.

Nah yang bikin lompat justru di ruas tol Cipali menuju ke Semarang tepatnya sekitaran Pemalang, Brebes. Kami berkali kali terlontar dari bangku masing-masing. Dan udah gitu malesnya kenapa tempat pom bensin atau rest areanya belum jadi semua ya. Ya mungkin tenant-tenant belum banyak yang tertarik karena menurut saya sepi aja. Ramenya cuma pas mudik lebaran. Woah, berarti tahun ini sama sekali ga akan ramai ya karena peraturan dilarang mudik untuk pencegahan korona.


Oh iya, penting untuk memastikan saldo kartu electronic anda cukup ya. Kebetulan kami bawa tiga kartu. Sayangnya jika anda masuk dan  tapping pakek kartu  emoney A, keluar juga kudu pakek kartu itu. Fungsinya mungkin menggantikam kartu tol jaman bayar pakek cash sebagai pengukur jarak. Untung pas keluar, saya bisa top up langsung emoney via tokopedia. Jadi ga ribet deh. Kira-kira pengeluaran untuk tarif tol habis 300 ribuan lebih dari Depok ke Semarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GDD Global Development Delay

Long time no write... Mendampingi anak anak dan mengurus rumah sudah menjadi hal biasa sekarang. Antar jemput si kakak dan drop si adik ke d...