Kamis, 14 Oktober 2021

Ga bisa kalau ga vulgar

Akhir akhir ini semenjak aplikasi web streaming makin merajalela tentunya diriku makin betah di dalam rumah, menanti nanti serial seru apalagi yang bisa kutonton dan pastinya bisa disesuaikan dengan ritme aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan channel tv dimana para penonton yang harus duduk menunggu sesuai jadwal yang ditentukan pihak TV dan terkadang jika ada hal urgent, kita pun melewatkan program tersebut. Ah menyenangkan sekali memang revolusi industri 4.0 ini. 

Untuk tontonan pastinya aku terklepek-klepek dengan budaya Hallyu seperti orang Asia kebanyakan donk. Selain mukanya oke bener, aktingnya bagus meski ada juga yang datar, jalan cerita dan cinematografinya yahud punya. Dan ada alesan lain lagi yang membuat saya lebih suka karena budaya. Yap budaya!!! Meskipun beberapa serial drakor seperti squid game terdapat konten mature seperti sex dan nudity,  pun begitu dengan film korea yang fenomenal seperti parasite, masih banyak serial drakor yang aman ditonton buat budaya disini. Gak kayak serial barat yang dikit-dikit nude, dikit-dikit sex. Ampun dah. 




Memang sih, konon katanya itu juga buat daya tarik karena katanya merupakan insting manusia juga, tapi sampek sekarang, diriku males dan bingung daya tariknya dimana. Yang ada geli kali. Plus ga nyaman juga kalau ditonton bareng anggota keluarga lain. Bayangin, serial kriminal sebagus the chestnut man atau serial keren kayak Dark bikin risih ditonton bareng keluarga, paling tergubrak film Wolf of the Wallstreet yang dulu kutonton lewat HBO atau tv kabel ,lalu kutonton lagi via streaming dan kayaknya ga disensor. Sungguh sangat berbeda sekali dan bikin illfeel  pas tau ternyata yang full nya yang begitu , ga disensor dan selama ini yang kami tau yang disensor. Dan hal ini juga yang bikin aku bersyukur kemarin pas nonton Midnight mass bahwa gak ada sex scene nya. Selebihnya serial barat pasti ada dan banyak dan vulgar amat. 

Dalem ati doank nih berkata, kenapa sik demen bener adegan vulgar, emang ga bisa hidup ya kalo ga ada adegan mesum begitu? 

Toh kalau penapsaran lebih baik ke situs-situs macem pornhub dll. Hey, jangan tebak aku pernah ke situs itu ya. Aku ga punya VPN plus sekarang ga perlu visit dulu ke situs, wong netijen pasti sering ngomongin kok.
 

Kamis, 10 Juni 2021

Macam macam ART ( Episode dua)

ART nya lagi aktif-aktifnya ya bun. πŸ˜‚πŸ˜‚

Yup saya ingin menyambung tulisan mengenai sifat ART kami yang sangat ajaib. Total ART yang pernah bekerja pada kami ada 5 ART.  Cuma satu ART yang sanggup bertahan selama dua tahun. 

Untuk ART pertama sudah saya pernah ceritakan di artikel sebelumnya. Nah sekarang saya mau cerita tentang ART yang kedua. 
 
Namanya sebut aja bu Titi, kebetulan suaminya sedang ditimpa musibah kecelakaan ketika sedang bekerja. Saya pun terenyuh bersimpati pada beliau. Hingga suatu titik dimana saya merasa ada yang kagak beres.
Jobdesk dia hanya ngurus bayi saya seperti menyediakan printilan jika mau ganti baju, ganti pampers, mandi dsb. Kebetulan mama mertua ada, makanya dia hanya jadi asistennya. Dia bekerja dari jam 7 sd jam saya pulang. Boleh pulang sebentar ke rumahnya, dia minta hanya 1 jam dari jam 12 sd jam 1. Dan dari sinilah saya males bener. Karena dia pulang jam 12 dan kembali jam 4 sore. Ok. Karena mama mertua no problem saya juga ga masalah. Hingga akhirnya saya membuat bel rumah agar dia juga gampang membangunkan mertua saya yang memang sulit mendengar ketuka pintu perlahan. Nah dari sini tau lah asal usul kenapa bel rumah saya pasang. 
Puncaknya ketika tiba-tiba di hari yang cerah, saya sedang memulai kerja di kantor dan iseng-iseng buka status. Kulihat status Wa bu Titi hari itu sedang mengeluh berkata kalau orang berkecukupan sangat jahat kelakuannya. Langsung saja kutanya ada apa. Dia pun langsung minta berhenti saat itu juga plus embel-embel bahwa mertua saya kesal karena saya tetap bekerja padahal anak masih sakit. Ohlala...pakek fitnah ya..
Dah sekian cerita ART kloter periode tersebut. Nantikan lanjutan ART berikutnya yaπŸ˜‚

Yang kedua, selain dia ada juga mbak lain yang bekerja seperti mencuci,menyetrika dan mengepel sebut saja bu Yeni. Suatu saat saya berhentikan sepihak karena kerjanya di rumah hanya satu jam dengan gaji 700 ribu rupiah perbulan dan sabtu minggu ga masuk. Yah... Lebih baik uangnya disimpan saja.


Selasa, 08 Juni 2021

Bayi rewel dan kutus kutus

Minggu kemarin pada malam-malam harinya amat sangat menguras tenaga kami sekeluarga karena si bayik tidak mau sama sekali tidur. Bahkan kami sampai berusaha mencari tau  pada dokter anak via Alodokter. Dan bila solusi yang diberikan tidak berhasil, kami akan segera ke DSA di RS Hermina Depok.

Dan ga berhasil.

Setelah ga berhasil, kebetulan minyak kutus-kutus ada dalam jarak pandang saya. Dan khasiatnya katanya bisa membantu menaikkan kualitas tidur. Akhirnya dengan memanjatkan doa, saya buka video tutorial dari bidankriwil mengenai pijat I love You untuk bayi dengan memakai minyak kutus-kutus tersebut.



Dan yeyyyy!! Berhasil! Emang sik ga panjang-panjang amat tidurnya. Tapi bisalahhhh tidur 1 jam dua jam. Mama papanya jadi bisa ngerjain yang lain deh. Oh iya, fyi, minyak kutus-kutus ini banyak yang palsu lho. Ati-ati ya. Sebaiknya beli di official store aja.

Selasa, 01 Juni 2021

Selamat ya....

Akhir - akhir ini saya berubah menjadi super sensitif merespon ucapan orang lain bahkan keluarga sendiri. Bahkan beberapa orang yang berniat membantu dan memberi dukungan akan mundur teratur ketika mengetahui respon saya akhir-akhir ini. Termasuk beberapa ucapan yang mengharuskan saya agar kuat, sabar, tabah dan sebagainya. Namun diantara itu semua ada satu kata yang sungguh membuat saya tidak karuan yaitu kata  "selamat ya".

Kata itu wajar diucapkan ke orang setelah wisuda, naik pangkat, beli rumah baru serta dikaruniai bayi. Yang terakhir adalah yang saya alami. Sebelum semua orang tau bahwa saya yang melahirkan prematur, mereka mengucapkan kata - kata itu. Yap, kata-kata selamat ya. Memang betul kami memiliki putra baru, namun kata selamat ya harusnya dibuang jauh-jauh, jangan pernah kata itu diucapkan ke kami. Kenapa? Mungkin karena mereka ngga tau kebenarannya. Putra kami berjuang untuk hidup di NICU dengan keadaannya dan penyakit bawaan lahirnya. Tanpa ada lemak dan terlihat jelas bentuk tulangnya. Menurut saya kata-kata selamat ya...sangat terdengar menyakitkan kala itu... Ketimbang kata-kata selamat ya, harusnya berkata " semoga dedek bayi lekas sembuh ya." Lebih tepat sepertinya.

Selain kata-kata itu yang lebih menyakitkan lagi adalah kata-kata "gak boleh nangis". Saya sadar ada dua artinya. Pertama, mereka mencoba menghibur dan yang kedua, mereka betul-betul melarang. Iya! Beneran ngelarang. Dengan kalimat panjang lebar setelah kata-kata itu diucapkan. Katanya, nanti bayinya merasakan juga. Pret!! Kalian datang kesinipun berurai airmata ketika melihat bayi saya. Saya sampai bingung melihatnya. Saya ga pernah menunjukkan airmata ke orang lain. Tak adil sekali rasanya ya. Menurut saya, menangis itu wajar, asalkan jangan sampai berlebihan seperti berbaring di lantai dan sebagainya. Jika ditahan, akan berakibat fatal.


Camkan itu juragan!

Sabtu, 15 Mei 2021

Mengapa bisa prematur?

Mengapa bisa kali ini bayi kami lahir prematur? 

Yap, tepat tanggal 18 Februari dini hari ketubanku pecah,bukan hanya merembes seperti ketika kakaknya. Kali ini benar-benar pecah dan mengalir deras. Sehingga tidak bisa menunggu lama-lama.

Ga berapa lama setelah keadaanku stabil, kucari tau dan kutanya kemana-mana mengenai ketuban pecah dini, bahkan saya siap di check up agar ke depannya bisa waspada. Namun sayang, semua tenaga kesehatan berkata bahwa ketuban pecah dini tidak bisa dicari tau penyebab pastinya. 

Sampai ketika itu, saya sedang kontrol untuk ROP si bayi di hermina, yaitu ke dokter Erry. Singkat cerita, beliau bertanya anak keberapa dan menanyakan keadaan si kakak. Dan kebetulan si kakaknya lahir dalam keadaan sehat bahkan gendut sekali, yang menjadi momok atau musibah bagi nenek2nya. Yap, waktu kakak lahir, nenek yang satu kuatir bukan main dengan cesar, sedangkan yang satu lagi tak henti-hentinya marah karena cucunya terlahir dengan bobot 4 Kg. Sedangkan saya dan suami sangat bahagia melihat putri kami yang merupakan bayi gedeπŸ˜‚.

Dokter itu pun bertanya, apa kondisi kehamilan pertama dan kedua sangat berbeda?  

Pikiranku pun melayang menyusun cerita-cerita dalam hidupku akhir-akhir itu.


Sebelum ini saya adalah wanita pekerja. Dengan gaji lumayan, dan menurut saya pekerjaan saya masih bisa membuat hidup saya sebagai seorang ibu seimbang dan tidak menelantarkan anak saya. Namun, mungkin karena performa saya atau mungkin memang sudah jalan hidup saya, saya mendapat alur hidup baru dimana antara pekerjaan dan rumah tangga saya tak seimbang. Dan selang dua tahun kemudian, saya resign dari pekerjaan yang membuat saya sering pulang larut malam bahkan hingga  lewat tengah malam. Ya mungkin memang dari awal bukan rezeki saya di kantor itu.

Saya sadar betul akan ada tantangan baru dalam hidup saya, terutama dalam hal pertemanan. Betul, masalah awal IRT itu adalah kesepian, saya tau persis. Semenjak hamil, saya tidak pernah bertukar pikiran dengan sebaya. Saya hanya mendapat nasehat satu arah dari para orangtua yang mengamit-amitkan cesar dan mewanti-wanti agar bayinya tidak besar.

 Berbekal nasihat itulah, saya mulai diet jarang ngemil tidak seperti jaman anak pertama. Lalu, mulai sering bergerak dan menggendong si kakak. Masak, nyuci,ngepel, nyetrika, mengurus anak pertama, saya semua lakukan agar bisa melahirkan secara normal. Tidak ada lagi masukan-  masukan seperti harus sering beristirahat seperti yang kudengar jika bertemu teman-teman kantor. 


Rabu, 12 Mei 2021

Rumah Sakit

Rumah sakit adalah tempat orang sakit berobat,baik inap maupun bolak balik yang kita tau sebagai rawat jalan.

Namun kata itu mulai berubah ketika beberapa peristiwa yang kami sekeluarga alami.

Setelah 21 hari berlalu dan bayi kami dirawat inap di NICU, saya penasaran berapa akumulasi biayanya. Maklum, waktu proses kelahiran kami ditanggung oleh kantor tempat papa bekerja. Namun untuk NICU sepertinya karena kasus khusus, kami tidak tau akan ditanggung atau tidak. 

Segera setelah mendengar pertanyaan dari saya, papa anak- anak langsung ke rumah sakit di bilangan Depok itu yang tepat berada di jalan siliwangi. Tak berapa lama setelah dia pergi, ada panggilan masuk darinya. Dengan nada parau dan sedih, dia bercerita bahwa uang yang kami sediakan untuk pengobatan bayi kami sudah tidak mencukupi. Yah, kami hanya menyediakan sekitar 170 juta rupiah, sedangkan tagihan rumah sakit sudah lebih dari itu dan dengan melihat kondisi bayi kami yang belum pulih pasca operasi, minum susu masih sedikit dan berat badannya belum bertambah sama sekali, kamipun galau. Bahkan hari itu saya sangat stress.  Jika diteruskan di rumah sakit itu, kami sudah tak ada dana lagi. Mengingat kamipun juga harus menyediakan sisa dana untuk operasi atresia ani nya kelak.

Muncullah beberapa opsi selama diskusi dengan RS, opsi yang kami ambil adalah pindah rumah sakit yang bisa memakai BPJS. Lalu dengan biaya ambulance yang tidak sedikit, kami memindahkan anak kami ke rumah sakit tipe B yang dimiliki pemerintah dengan lokasi tak jauh dari kebun raya bogor dengan harapan anak kami akan dirawat lama hingga tidak perlu menggunakan sonde, naik berat badannya hingga tak perlu inkubator untuk menahan suhu serta recovery dari operasinya. 

Semua harapan itu pupus di hari kelima anak kami dirawat di rumah sakit milik pemerintah itu, ketika kami usai mengantarkan anak pertama kami berobat, tepat pukul 13.30 siang ada telepon masuk ke ponsel saya. Dengan tegas, suster yang mengenalkan diri sebagai suster dari NICU RS PM* itu mennyuruh kami segera menjemput bayi kami tepat pukul 16:00 sore paling lambat. Karena jika lewat akan berbayar pribadi. Dengan keringat dingin aku menutup telepon dan segera mengabarkan suami dan kerabat yang menunggu di ruang tunggu PMI. Iya, mereka menelepon saya yang di rumah namun tidak mengkontak kerabat yang sedang ada di ruang tunggu. Heran kan? Padahal mereka sendiri yang menyuruh harus ada yang menunggu di ruang tunggu selama 24 jam.

Dengan sakit hati yang paling dalam, aku berpikir pada saat itu mungkin arti RS adalah tempat dimana orang-orang sakit berada.

Ketika akhirnya suami nego agar bisa pulang esok harinya dengan membayar perawatan untuk satu hari dari kocek pribadi. Akhirnya tibalah kami jemput bayi kami. Yang awalnya masih pakai OGT, tiba-tiba sudah dilepas. Wah hebat bgt mereka bisa langsung lepas. Dan benar ketika sampai rumah anak kami sama sekali sulit untuk menyusu baik botol maupun langsung ke ibunya hingga akhirnya pihak dokter herm*n* dimana kami kembali kesana untuk rawat jalan dan tidak mau kembali ke bogor, menyarankan agar memakai OGT. Setelah memakai OGT,beratnya berangsur-angsur membaik. See?? Siapa yang sotoy.?

Jadi total hari dimana bayi kami dirawat di rumah sakit PM* Bogor itu hanya 5 hari dan tubuh yang masih sering biru ketika menangis. Kami tidak tau pasti, mungkin ini terkait urusan dengan BPJS kah? Yang kami tau memang tak ada rumah sakit yang suka dengan pembiayaan dari BPJS. Siapa sih yang suka berurusan dengan instansi birokrat pemerintah? 


Tapi di lain sisi pernah saya dengar dari komunitas prematur, seorang ibu bayi prematur dirawat hingga berbulan- bulan di RS harapan kita hingga berat badan bayinya cukup dan lebih dari 2 kg dengan memakai BPJS di rumah sakit tersebut serta  juga bisa meminum susu seperti bayi cukup bulan pada umumnya. Tidak seperti pada bayi kami.

Wallahu alam bisawab.

Senin, 10 Mei 2021

Jam 2 malam itu...

Tak pernah sebersitpun terpikirkan kalau menjelang dini hari itu, pada jam dimana semua orang terlelap tiba-tiba aku seperti tersambar petir. Ketuban pecah mengalir deras seketika tepat jam dua dini hari. Sontak aku bangun dari tidur karena kupikir mungkin kayak anak kecil, pipis di celana. Ketika aku ke arah toilet rumah, air itu tidak berhenti keluar dengan deras. Anak balitaku kebetulan sedang terjaga dan dia ikut terlihat menangis melihat ibunya panik dan berurai air mata.


Sampai sekarang kuingat betul detik demi detik tanggal 18 Februari 2021 itu. Aku ingat sekali wajah suamiku ketika bangun dan kaget melihat diriku berdiri panik dan bingung, aku ingat betul raut wajah si kakak yang awalnya bahagia mengira mau jalan-jalan naik mobil tapi tiba-tiba suram ketika melihat aku perlahan menjauh dengan bantuan kursi roda yang didorong oleh salah satu petugas jaga di salah satu rumah sakit langganan kami di Depok itu. Aku juga ingat tatkala seorang perawat menanyakan aktifitasku sebelum ini dan kemudian berkata mau tak mau bayiku harus dikeluarkan secara cesar karena cairan ketuban akan habis yang hanya kurespon dengan air mata yang mengalir deras tanpa sedikit pun suara atau isakan karena sebelumnya suamiku melarang aku menangis agar tidak panik. 

Pun begitu ketika siuman, kuingat betul suamiku tidak pernah menangis terisak-isak. Namun hari itu, kulihat air matanya tidak pernah berhenti. Yang kutau selama ini, air mata laki-laki itu mahal harganya, maka ketika mereka menangis, berarti kejadian itu sangat betul-betul melukai dirinya.

Kami semakin larut dalam kesedihan ketika mendengar bayi kami hanya seberat 1.3 kg dan menderita atresia ani. Iya, atresia ani. Sebuah penyakit bawaan lahir dimana anus belum terbentuk yang artinya bayiku tidak memiliki anus. 

Aku ingat betul setelah anak keduaku lahir, tidak pernah kulihat sama sekali wajahnya,  berbeda ketika si kakak lahir dulu kulihat betul wajah dan seluruh badannya sampai bisa kupeluk si kakak dulu. Mungkin ini adalah SOP dimana kelahiran prematur harus cepat-cepat diselamatkan ke ruang nicu dengan penanganan yang sigap di waktu golden time sekitar 1 jam setelah kelahiran untuk menyelamatkan neonatus. 

Aku baru bisa bertemu dengannya ketika diizinkan pulang dan bergegas menemuinya ke ruang NICU. Rasanya seperti ada petir menyambar disertai pukulan keras di dada ketika kulihat putraku untuk pertama kali. Dia berbaring lemah di inkubator dengan banyak selang di sekujur tubuhnya. Kakinya sangat kecil sekali, hampir sebesar ibu jari tanganku.

Mungkin disitulah aku belajar kuat, atau belajar pura-pura kuat. Karena mustahil ada ibu yang kuat melihat bayinya dengan keadaan seperti itu, yang ada hanyalah menahan perih seperti ada sebuncah api di dada yang membakar. Dimana pikiranku menerawang bahwa seharusnya tahun itu kami  bahagia menyambut kelahiran putra kami. 

Sampai sekarang, kuingat setiap detail peristiwanya. Tidak ada satupun dari kami yang tidak berderai airmata. Begitupun putriku yang masih berusia tiga tahun....

Rabu, 06 Januari 2021

Hometester - Zwitsal

Pada siang hari nan panas di pusat kota Depok yang konon katanya kota beragama eh beriman eh apa deh itu begitu deh pokoknya meskipun kota ini terkenal dengan begalnya yang ga ada imannya sama sekali, kurir khusus dari Hometester Club dateng membawakan sebotol cologne zwitsal untuk dewasa. Wogh, langsung aja emak-emak petakilan ini praktekin. 

Dan baunya sungguh sangat bayi banget. Sangat imut-imut. Memang ga pantes banget sik emak-emak yang satu ini dianggap imutπŸ˜‚. Tapi, ceteris paribus. Wangi aroma ini benar-benar sangat bayik banget.

Anyway karena diriku adalah FTM jadi cologne ini sangat cocok buat sehari-hari. Bisa dipakek arisan, ke pasar atau ke warteg  depan rumah atau yah sekedar maupun ritual abis mandi. Baunya yah ga tahan lama, makanya cocok buat sehari-hari aja.  Buat traveling juga coock sih karena baunya ga caper banget


Senin, 04 Januari 2021

Politique 😎

Kalau dibanding dengan zaman orangtua kita, sepatutnya ya kita dituntut bersyukur. Kenapa? Bayangkan dulu buat mobilitas kesana kemari susahnya minta ampun. Kalau punya kendaraan pribadi, alhamdulillah. Kalau yang ga punya kendaraan pribadi, ya ga bisa. Harus mengandalkan angkot kemana- mana. Kalau ga ada angkot yang melintas ya wassalam. Sekarang ada banyak pilihan dari mulai taksi konvensional, taksi online dan ojek online yang ga perlu ngotot- ngototan nawar harga atau kejebak harga dulu. Lalu dulu buat beli kulkas ama mesin cuci susah banget. Hanya orang-orang kota dan berada saja yang bisa beli elektronik itu. Sekarang mau yang harganya selangit sampai setanah pun ada. 

Makanya banyak para orang dulu yang suka nyinyir ama anak zaman sekarang dengan kalimat " ah kamu mah enak sekarang ada ini itu bla bla bla". Padahal ketika bertanya, ya kenapa yang ngomong aja yang nemuin penemuan elektronik itu dengan harga terjangkau. Lalu dibalas " yah dulu belom ada produk jepang ama china". Lalu dibales lagi ama si anak nyolot "lah bukannya bung ini anti Asia Timur? Kenapa jadi ngarep produk mereka dari dulu ada?"

Nah masalah ras ini juga yang bikin pala gue pening.

Menyambung masalah zaman, syukur deh sekarang zaman smartphone. Jadinya nih semua orang gampang bener cari informasi, bahkan saking gampangnya banyak informasi yang salah juga diiyakan. Eh tapi biasanya yang ga bisa bedain emg kalangan yang ga siap dengan smartphone. Contohnya, para orangtua yang ga bisa bedain link legal ama link palsu. Bolehlah mereka nyepelein cewek-cewek zaman now dengan perkara ga bisa bedain lengkuas ama jahe (bukan gue yang pasti). Tapi masalah link berita ama artikel japrian whatsapp mereka ga kalah dahsyat oonnya. Dan para anti fans. Anti fans ini bisa jadi netizen yang sebel ama artis, yang sebel ama brand atau yang anti pemerintah banget banget.

Kalangan inilah yang butuh pertolongan psikis karena jalan pikirannya udh dicuci sedemikian rupa hingga nggak tau semua orang bisa bikin artikel di whatsapp, bahkan para penjahat kelamin pun bisa nulis artikel tentang kebajikan dengan anonim. 

Kalau untuk membuat mereka netral kembali mungkin sulit. Perlu waktu bertahun- tahun untuk sadar kembali. Dan kegiatan bersosial media mereka pun harus didampingi serta diawasi.

Jadi, masih mau bilang cuman anak kecil doank yang perlu diawasin maen gadget?



Sumber gambar : www.tirto.id.

Balada Tagihan Listrik

Sebagai keluarga ekonomis, pastinya masalah tagihan listrik pun dipikirin. Apalagi sewaktu adanya kebijakan subsidi ketika pandemi korona memporak porandakan semua negara. 

Masalahnya, ketika ada program subsidi itu, meteran listrik kami yang nggak dapet subsidi ini sukses membuat nyonya rumah cengo. Gimana ga cengo, tagihan listrik menjadi 1,2 juta. Lahhhh.... Dipikir- pikir mungkin karena papa kerja dari rumah terus makanya konsumsi listrik meningkat. Eh tapi kok ampe berlipet2 ya.. ya sudahlah bingung. Soalnya hingga sekarang PLN bisa dikatakan perusahaan besarrrrrr lebarrr tapi perkara urusan transparansi dan teknologi buat ngecek konsumsi listrik masih kalah deh ama aplikasi gojek. Kata bapak- bapak tetangga sebelah rumah, beliau menyarankan sinkronisasi antara meteran ama tagihan. Ribet cuy kayak zaman feodal. Moso bunda yang gendut lagi hamil gini mesti naik2 ngecek meteran. Ngobrol ke orang lain pun sarannya ya sinkronisasi dan cara ngitungnya ribet kali ya. Mungkin harus ikut les dulu baru bisa ngitung antara konsumsi listrik dan meteran listriknya. Ya atau emang sayanyah yang males mikir.

Dan jrenggggg...
Dua bulan ini tagihan listrik turun..kaget lho! Soalnya si papa masih kerja rodi dari rumah plus sering ampe malem gelap gulita pula. Mamak yang tau banget karakteristik PLN ini deg-degan.
Deg-degan bakal ditagih double jumbo alias dirapel tanpa pemberitahuan kayak berurusan ama debt collector bukan perusahaan BUMN terbesar dan terlebar. Ya iya sik, kita juga tau kalo urusan ama yang kaitannya ama negara  kayak administrasi penduduk atau perusahaan non kompetitor gini ga ada canggih-canggihnya, nyebelin iya. Cape ati,iya. 

Kira-kira tagihan bulan depan begimana yakkm😭😭😭..

GDD Global Development Delay

Long time no write... Mendampingi anak anak dan mengurus rumah sudah menjadi hal biasa sekarang. Antar jemput si kakak dan drop si adik ke d...