Kamis, 06 Oktober 2016

Persiapan Pernikahan (1) : Lamaran

Kebetulan pasangan saya bukan orang yang tinggal di Jakarta tempat kami mencari nafkah dan tempat saya dilahirkan. Pasangan saya ini orang yang nun jauh merantau. Bukan pula dari pulau Jawa nan padat orang ini. Dia berasal dari Makassar, kira-kira perjalanan kurang lebih 2 jam dengan pesawat. Dengan kapal laut? Bisa lebih lamaaa...

Jadi nun jauh sebelum mengundang sang orangtuanya datang, kami harus memastikan dengan baik. Alhamdulilah keluarga saya tidak begitu berlebih-lebihan dalam hal lamaran. Tidak perlu acara yang mewah atau menyewa apapun. Alhamdulilah, uang jadi utuh. hehe.

Oh ya, sebelumnya saya ceritakan sedikit kapan saya dilamar oleh pria yang telah jadi partner saya ini. Awalnya terdapat suatu masalah di rumah yang mengharuskan saya keluar dari rumah dan hidup kost. Kemudian ketika pindah di kost, dia pun mengutarakannya untuk melamar saya untuk bisa menjaga saya seterusnya setelah menikah. Uhuy..

Lamaran pun tiba, 

H-5 ketika lamaran akan berlangsung..

Sesuatu terjadi. Sesuatu yang melukai hati saya. Sesuatu yang melanggar kesepakatan. Selama 5 hari itu, saya tak henti-hentinya menangis dan emosi. Hadi pun menenangkan saya. Ketika Hari H, akhirnya beberapa kepala yang mengakibatkan "sesuatu bencana" itu terjadi melunak. Namun tetap saja hingga sekarang menjadi pertanyaan di benak ku. Kenapa ada yang setega itu...


Sebelum hari H itu tiba, Alhamdulilah ada pihak yang dengan baik hati mendukungku. Pun juga pihak yang berniat melamarpun bersungguh-sungguh datang meski terjadi sesuatu bencana tersebut. Mereka datang dari jauh, dengan niat yang baik. Tentunya Allah juga mengabulkan niat mereka. Alhamdulilah...

Yang datang untuk melamarku adalah Ibu dari cami aku dan Kakak laki-lakinya. Awalnya cami bingung mau inap di hotel manakah. Alhamdulilah ada situs airbnb hingga kita ketemu apartemen harian yang disewakan dengan dua kamar. Harga juga terjangkau dan jarak dekat dari kantor maupun kos si cami. Kemudian karena waktu itu belum memiliki kendaraan, kami pun menyewa mobil untuk keperluan keluarga cami ke rumah saya.


Lanjut ke rumah saya, ibu hanya mengundang saudara-saudara terdekat saja. Itupun hanya sedikit, karena sebagian mendengar kabar pembatalan akibat "cobaan" tersebut. Namun, alhamdulilah...Orang yang paling kami takutkan itu setuju dengan lamaran ini. Ga bilang setuju sik, tapi melempar opini kepada saya. dan saya dengan sepenuh hati setuju. Dengan beberapa seserahan yang lucu dan cincin lamaran, akhirnya kami resmi pontang panting menyiapkan pernikahan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GDD Global Development Delay

Long time no write... Mendampingi anak anak dan mengurus rumah sudah menjadi hal biasa sekarang. Antar jemput si kakak dan drop si adik ke d...